Rabu, 06 Juni 2012

LP APENDISITIS

APENDISITIS


A.    Konsep Dasar
1.      Pengertian
Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendiks veriformis atau umbai cacing jenis yang akut dan merupakan penyebab umum dari abdomen akut.
2.      Anatomi dan fisiologi
Saluran pencernaan berfungsi sebagai penerima makanan dan mempersiapkan untuk diasimilasi oleh tubuh . Saluran pencernaan terdiri atas: mulut, faring, oesofagus, lambung, dan usus halus yang terdiri dari duedonum, yeyunum dan ileum, usus besar : seikum, appendiks, colon desenden , colon tranversum, colon sigmoid, rectum, anus .
a.      Anatomi Apendiks
Merupakan organ berbentuk tabing , panjang kurang lebih 10 cm dan berpangkal diseikum lumennya sempit dibagian proximal dan melebar dibagian distal apendiks dilapisi oleh lapisan sub mukosa yang mengandung banyak jaringan limfe .
Apendiks diperdarahi oleh arteri apendikular . Pada posisinya yang normal apendiks terletak pada dinding abdomen dibawah titik Mc Burney.
b.      Fisiologi
  Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke seikum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis.
Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT ( Gut Associated Lymphoid Tissue ) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks , ialah IgA immunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.

3.      Klasifikasi
Appendisitis dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu :
a.       Appendisitis akut : yaitu peradangan yang terjadi pada umbai cacing secara mendadak dan meluas melalui peritoneum parietal sehingga timbul rasa sakit yang mendadak.
b.      Appendisitis infiltrat peradangan umbai cacing yang melekat pada dinding perut.
c.       Appendisitis kronis peradangan appendiks yang terjadi secara menahun yang merupakan kelanjutan appendiks infiltrat yang tidak mendapat pengobatan dan perawatan intensif sehingga gejalanya menghilang dan suatu saat akan timbul lagi gejala tersebut.
d.      Appendisitis abses yaitu kelanjutan dari appendicitis kronis yang kurang perawatannya dan  kuman cukup ganas sehingga menimbulkan abses. 
4.      Apendiksitis disebabkan oleh :
a.       Fekalit
b.      Streptococcus
c.       Cacing ascariasis
d.      Hyperplasia jaringan limfe
e.       Trauma daerah abdomen
f.       Adanya fekalit dalam lumen appendiks karena penyumbatan feces, lumen melebar dan mengadakan perangsangan terhadap pembuluh darah.
5.      Patofisiologi
Obstruksi pada appendiks mengakibatkan mucus yang produksi mukus terbendung, makin lama makin banyak dan menekan dinding appendiks menjadi edema dan merangsang tunika serosa dan perineum visceral, oleh karena persyarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan sakit disekitar umbilicus. Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri dan menjadi nanah kemudian timbul gangguan aliran vena peradangan meluas mengenai peritoneum parietal setempat sehingga menimbulkan rasa sakit pada perut kanan bawah, sekresi mucus terus berlangsung dan tekanan intra lumen yang meningkat dan melalui dinding appendiks yang ganggren terjadi perforasi dan akumulasi pus di lumen keluar ke intra peritoneal, nyeri bertambah dan klien nyeri perut  kanan bawah kemudian keseluruh abdomen. 
6.      Tanda dan gejala
Gejala klinis pada appendisitis adalah nyeri perut. Pada mulanya nyeri perut ini hilang timbul seperti kolik dan terasa disekitar umbilicus, bila penderita platus atau BAB rasa sakitnya akan berkurang, bila proses radang telah menjalar ke peritonium parietal setempat, maka akan timbul nyeri local pada perut kanan bawah daerah Mc Burney bila terjadi perforasi untuk sementara rasa sakit ynag hebat diseluruh perut. Anoreksi hampir selalu terdapat dan muntah merupakan hal yang khas.
Biasanya terjadi konstipasi tetapi pada anak-anak dan pada penderita yang appendiks dekat rectum sering terjadi diare. Gejala umum lainnya adalah demam mula-mula demam tidak begitu tinggi tetapi menjadi hiperpireksi bila terjadi perforasi.
7.      Pemeriksaan fisik
a.       Sikap dan posisi penderita sudah menunjukkan kearah ke curigaan kalau disuruh bergerak ia akan melakukannya dengan hati-hati karena takut sakit. Pergerakan dinding perut sebelah kanan mungkin tertinggal dari yang kiri.
b.      Pengukuran suhu akan menunjukan angka sekitar 37-38 derajat celcius perbedaan suhu ketiak dan rectal lebih dari 1 derajat celcius akan menyokong diagnosis.
c.       Pemeriksaan pada perut akan menunjukkan nyeri tekan, nyeri lepas, nyeri ketok,” defence musculair” setempat nyeri kontra lateral ( tanda Rovsing: menekan perut kiri kebawah maka yang sakit perut kanan bawah ). Tes Psoas kanan positif ( rasa sakit bila dengan fleksi pada lutut dan panggul tungkai atas kanan diendo rotasikan ).
d.      Rectal toucher penting untuk membedakan kelainan pelvis yang lain.
8.      Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan darah rutin akan menunjukan lekostosis ringan dan hitung jenis bergeser kekiri pada perforasi terjadi lekositosis yang lebih tinggi.
Pemeriksaan urine penting untuk membedakan appendicitis dengan kelainan ginjal, kadang-kadang ditemukan lekosit pada urine penderita appendicitis.
Pemeriksaan photo polos abdomen tidak menunjukan tanda pasti appendicitis tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan appendicitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan. Adanya fekolit merupakan hal ini sangat jarang ditemukan udara dibawah diafragma menunjukan adanya perforaasi.
9.      Penatalaksanaan
a.       Appendisitis infiltrat.
·         Ukuran kurang dari 5 cm : operasi
·   Ukuran lebih dari 5 cm : konservatif (terapi obat – obatan )
b.      Appendisitis akut :Appendektomi.
c.       Appendisitis perforasi :appendektomi perlaparatomi.
Penatalaksanaan Appendektomi.
1)      Tindakan pre operative
Penderita dirawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu badan penderita. Bilas terlihat adanya gangguan keseimbangan cairan maka segera diberikan cairan parenteral Nacl 0,9 % sesuai dengan keadaan hidrasi, berikan sedatif intramuskular. Daerah perut bawah dan pubis dibersihkan dan dicukur. Premedikasi diberikan 30 menit sebelum rencana dioperasi dilakukan diberikan petidin, sulfas atropin dan DBP.
2)      Tindakan operatif Appendektomi.
3)      Tindakan post operatif.
Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan didalam. Syok hyperemi dan gangguan pernapasan angkat sonde lambung bila penderita telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Kemudian baringkan penderita pada posisi fowler penderita dapat dikatakan baik bila dalam 2 jam tidak terjadi gangguan dan selama itu pasien puasa bila tindakan operasi besar yaitu perforasi atau peritonitis umum maka puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal, kemudian berikan  minum mulai 15 ml/ jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring dan berikutnya makanan lunak. Satu hari pasca bedah penderita dianjuran untuk duduk tegak ditempat selama 2 x 30 menit. Hari kedua pasca bedah dapat berdiri dan duduk diluar kamar hari ketujuh pasca bedah luka operasi dapat di angka dan penderita boleh pulang.
Merawat luka post  appendektomi dengan tehnik aseptik dan anti septic untuk mencegah terjadinya infeksi.
B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan merupakan kerangka kerja perawat saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Proses keperawatan merupakan pendekatan kerja yang sistematis terorganisasi, fleksibel dan berkelanjutan. Tahap – tahap dalam proses keperawatan saling ketergantungan satu dengan lainnya dan bersifat dinamis dan disusun secara sisematis untuk menggambarkan  perkembangan dari tahap yang satu ketahap yang lain.
1.      Pengkajian
Pengkajian adalah  pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data baik subyek maupun obyek, adapun tujuan pengkajian adalah  memberikan gambaran yang terus menerus mengenai kesehatan pasien.
Pada tahap pengkajian ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan antara lain :
a.      Mengumpulkan tentang data pasien
Data dasar adalah data yang menyangkut semua aspek dari pasien yang terdiri dari data – data biografi, keluhan utama, riwayat sebelum sakit, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan lingkungan keadaan psiksosisal dan aspek spiritual biasanya data dasar ini diperoleh pada saat pertama kali perawat kontak dengan  pasien. Sedangkan data yang difokuskan kepada pasien masalah kesehatan pada saat itu adalah:
1)                                                Aktivitas / istirahat dengan gejala malaise.
2)                                                Sirkulasi darah memperlihatkan tanda takikardi.
3)      Eliminasi dengan gejala konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang) serta tanda distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan/tidak ada bising usus.
4)      Integritas ego dengan gejala perasan cemas, takut marah, apatis, faktor-faktor stress multiple , misalnya finansial, hubungan gaya hidup , disertai dengan  tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan peka rangsang, stimulai simpatis.
5)      Makanan / cairan anoreksia , mual/muntah.
6)      Nyeri / kenyamanan dengan gejala nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney ( setengah jarak antara umbilicus dengan tulang ileum kanan ) meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam ( nyeri tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada appendisitis ). Kalau berbagai rasa nyeri / gejala tak jelas ( sehubungan dengan lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter ) dengan perilaku berhati-hati berbaring kesamping atau terlentang dengan lutut ditekuk meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/ posisi duduk tegak, nyeri lepas pada sisi kiri di duga inflamasi peritoneal.
7)      Keamanan tandanya demam biasanya rendah. Pernafasan tandanya takipnea, pernapasan dangkal.
8)      Penyuluhan atau pembelajaran riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen contoh pielitis acut batu uretra, salpingitis acut,ileitis regional.
b.      Mentabulasi data
      Data yang telah dikumpulkan selanjutnya ditabulasi.
c.       Menganalisa data
Data yang telah ditabulasi segera dianalisa sehingga didapati kesimpulan yang dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan.
2.      Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan didapat setelah data-data yang terkumpul dianalisa, diagnosa keperawatan pada dasarnya adalah kesimpulan dari masalah kesehatan yang dialami klien. Diagnosa keperawatan merupakan uraian atau penafsiran tentang masalah kesehatan dimana perawat dapat menanganinya dalam bentuk tindakan kepeawatan yang ditujukan untuk mencegah, mengatasi atau mengurangi masalah tersebut.
Berdasarkan rumusan masalah diagnosa keperawatan yang biasanya sering dijumpai paa penderita appendesitis acut pre dan post operasi adalah :
a.  Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dngan adanya peradangan pada appendiks.
b. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan efek anestesi   immobolisasi post operasi dan nyeri abdomen pada luka operasi.
c. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan  berhubungan dengan kurangnya penjelasan, mis interpretasi informasi dan tidak familiar dengan sumber informasi.
d.      Resiko terjadi defisit volume cairan berhubungan dengan anoreksia, muntah dan tidak minum pada keadaan  sebelum dan sesudah operasi .
e.       Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh , adanya perforasi pada appendiks , peritonitis timbulnya abses dan prosedur pembedahan.
3.      Perencanaan keperawatan
Saat menentukan rencana asuhan keperawatan disesuaikan dengan urutan diagnosa keperawatan yang sudah diprioritas.
a.       Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi, adanya insisi bedah,. Kemungkinan dibuktikan oleh laporan nyeri, wajah mengkerut otot tegang, perilaku distraksi respon otomatis, dengan hasil / tujuan yang diharapkan keadaan nyeri hasil/berkurang dengan kriteria hasil tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat. Dengan rencana tindakan : kaji tingkat nyeri, catat lokasi nyeri, karakteristik beratnya (skala 0-10 ), selidiki dan laporkan perubahan nyeri yang tepat. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler, dorong ambulasi dini, berikan aktivitas hiburan. Kolaborasi pertahankan puasa/persiapan NG pada awal , berikan analgesik sesuai indikasi, berikan kantong es pada abdomen.
b.      Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan peningkatan ekspansi paru, neuromuscular, efek anastesi, immobilisasi post operasi dan nyeri abdomen pada luka operasi ditandai dengan perubahan pada frekuensi dan kedalaman pernapasan , pengurangan kapasitas vital, apnea, sianosis, pernapasan yang gaduh. Dengan kriteria yang diharapkan menetapkan pola napas yang normal, efek dan bebas dari sianosis atau tanda – tanda hipoksia lainnya . Dengan rencana tindakan/intervensi pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal oral, auskultasi suara napas. Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan pantau tanda – tanda vital, letakkan pasien pada posisi yang sesuai observasi pengembalian fungsi otot, terutama otot pernapasan, lakukan gerak sesegera mungkin, observasi terjadinya samnolen yang berlebihan, lakukan pengisapan lendir jika diperlukan. Kolaborasi dalam pemberian oksigen , obat-obatan,   alat bantu pernapasan.
c.       Kurang pengetahuan tentang kondisi , prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya penjelasan, mis interpretasi informasi dan tidak familiar dengan sumber infomasi ditandai dengan pertanyaan informasi, menyatakan masalah/perhatian, menyatakan salah konsepsi tidak tepat mengikuti instruksi, komplikasi yang dapat dicegah. Dengan hasil yang diharapkan menyatakan pemahaman proses penyakit pengobatan dan potensial komplikasi, berpartisipasi dalam pogram pengobatan. Dengan rencana tindakan / intervensi; Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi, dorong aktivitas sesuai dengan toleransi berikan penjelasan sesuai yang diperlukan.
d.      Resiko terjadi defisit volume cairan berhubungan dengan anoreksia muntah dan tidak minum pada keadaan sebelum dan sesudah operasi ditandai dengan muntah pre operasi, pembatasan pasca operasi, status hipermetabolik, inflamasi peritoneum dengan cairan asing. Hasil yang diharapkan mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban membran mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil dan secara individual haluaran urin adekuat ,dengan rencana tindakan/intervensi  monitor vital sign, lihat membran mukosa kaji turgor kulit dan pengisian kapiler awasi pemasukan dan pengeluaran, catat warna urine, konsentrasi , berat jenis , auskultasi bising usus, berikan cairan oral dan cairan IV dan elektrolit.
e.       Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh , adanya perforasi pada appendiks , prosedur  invasif, insisi bedah yang ditandai dengan adanya luka operasi. Hasil yang diharapkan meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi/inflamasi drainase purulen , demam. Rencana tindakan /intervensi yang dilakukan, awasi tanda – tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat perubahan mental meningkatnya  nyeri abdomen, lakukan pencucian yang baik dan perawatan luka aseptic dan antiseptik, berikan perawatan paripurna , lihat insisi dan balutan catat karakteristik drainase luka, berikan informasi yang tepat jujur pada pasien/orang terdekat. Kolaborasi berikan antibotik sesuai dengan indikasi.
4.      Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien post operasi appendicitis mengacu pada rencana keperawatan yang sesuai dengan teori Doenges , ME meliputi : mempertahankan istirahat, mendorong ambulasi dini, memberikan intake cairan adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan, memberikan informasi tentang prosedur pembedahan/prognosis, kebutuhan pengobatan dan potensial komplikasi, memberikan dukungan dan support, melakukan pencucian tangan yang baik, melakukan perawatan luka secara aseptic dan antiseptik.
Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan – tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dianjurkan dengan pendokumentasian semua tindakan yang telah dilakukan.
5.   Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan ( La ode gaffar, 1997 : 50 ). Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Hasil akhir yang diharapkan dari perawatan pasien post operasi appendisitis adalah komplikasi dapat dicegah / minimal, nyeri terkontrol , prosedur bedah/prognosis, program terapi dapat dipahami, kecemasan pada pasien / keluarga dapat berkurang /teratasi, tidak terjadi inekfsi/keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan
Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga evaluasi tujuan jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir semua tindakan yang dilakukan sekaligus disebut juga mengevaluasi tujuan jangka panjang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar